Penelitian
tentang peluang untuk hidup di atas air saat ini sedang berkembang, diprakasai
oleh kolaborasi ilmuwan dan industri daripada oleh pemerintah. Hidup di atas
air (mengapung) adalah salah satu dari empat taktik yang tidak pernah dianggap
serius oleh para ilmuwan bahkan IPCC (2014) dalam menanggapi kenaikan muka air
laut yang tidak dapat dihindari. Saat ini terdapat 53% penduduk dunia yang
tinggal di 4285 kota pesisir dan setengahnya terkonsentrasi di 285 kota besar
dan metropolitan (Barragán dan Andrés, 2015) seperti Jakarta. Deltares (2015)
menempatkan Jakarta sebagai kota kedua yang paling cepat tenggelam setelah
Tokyo, dengan rata-rata penurunan muka tanah kumulatif sekitar 2 meter dari
tahun 1900-2013 dan memperkirakan penurunan muka tanah tambahan hingga 1,8
meter sampai tahun 2025.
Studi
terbaru tentang pemodelan banjir pantai di Jakarta menunjukkan bahwa dalam
skenario apapun, kenaikan muka air laut yang dikombinasikan dengan penurunan
muka tanah akan berdampak pada tergenangnya Jakarta Utara hingga 3 meter
(Latief et al, 2018) pada tahun 2040 dan lautan akan menembus wilayah pesisir
hingga 10 kilometer di daratan (Takagi et al 2016) pada tahun 2050. Kombinasi
kenaikan muka air laut dan penurunan tanah memberikan dampak bagi 1,6 juta
penduduk di Jakarta Utara.
Pada
musim pasang, air laut membanjiri rumah-rumah penduduk dan merembes ke atas
dari celah-celah lantai rumah pada musim normal. Hal ini dapat mempengaruhi
kesehatan masyarakat karena drainase dan sanitasi gagal berfungsi dalam situasi
ini. Hal ini juga mengganggu mata pencaharian masyarakat dan kegiatan sosial
dan ekonomi lainnya. Penurunan tanah membuat rumah dan fasilitas umum terus
tenggelam jika investasi untuk mengangkat aset tidak dilakukan lebih awal dari
yang seharusnya. Ini menjadi mahal bagi masyarakat berpenghasilan menengah dan
merupakan investasi yang tidak terjangkau bagi mereka yang berpenghasilan
rendah.
Alih-alih berpikir out of the box dengan solusi jangka
panjang untuk menghadapi kenaikan muka air laut, respon yang dilakukan
pemerintah Indonesia saat ini adalah pembangunan tanggul raksasa di teluk
Jakarta yang dikenal dengan proyek National Capital Integrated Coastal
Development (NCICD).
Penelitian
yang dipimpin oleh Universitas Diponegoro ini bertujuan untuk melengkapi
program penelitian lain yang sedang berjalan tentang aspek teknis kehidupan di
atas air (www.seacities.org) di Cities Research Institute, Griffith University. Meskipun penelitian teknologi kehidupan di
atas air mengalami kemajuan, aspek sosial ekonominya masih kurang diteliti,
khususnya di Indonesia.