Tahun 1990 an
Dampak perubahan iklim
khususnya kenaikan level permukaan air laut sudah
menjadi isu sebelum tahun 1990 namun hal itu tidak menarik perhatian pemerintah dan pembuat
kebijakan untuk mempertimbangkan dampaknya terhadap wilayah pesisir Jakarta.
Tahun 2007
Terjadi banjir menggenangi sekitar 60% kota hanya dalam 24 jam, menewaskan 79 orang, menggusur hampir 600.000 dan menyebabkan kerugian total hampir USD 590 juta (Bappenas, 2007). Isu penanganan banjir akhirnya diangkat melalui studi Jakarta Coastal Defense Study (JCDS), yang ditugaskan oleh Kementerian Pekerjaan Umum.
Tahun 2013
Banjir besar
kembali datang di Jakarta pada tahun 2013 dan kembali mengubah respon pemerintah terhadap masalah
tersebut. Pada tahun berikutnya, Pemerintah Indonesia meluncurkan Masterplan
National Capital Integrated Coastal Development (NCICD)
NCICD merupakan
merupakan proyek bersama antara pemerintah Indonesia dengan
Belanda, melalui pendanaan JCDS dari pemerintah Belanda. NCICD bertujuan untuk menyelesaikan masalah banjir dan
tenggelamnya Jakarta melalui pembangunan tanggul laut raksasa yang terletak 2,5
km di utara Pantai Jakarta. Proyek ini juga bertujuan untuk mencapai manfaat
tambahan seperti menyediakan ruang untuk proyek perumahan dan real estate baru, menciptakan danau retensi air tawar yang dapat
memasok air bersih untuk Jakarta serta mengurangi masalah lalu lintas Jakarta melalui penambahan
jalan lingkar di atas tembok laut. Selain itu, tembok laut akan memberikan ikon
baru bagi Jakarta, karena desain keseluruhannya akan dimodelkan pada Garuda,
elang mitos yang merupakan simbol nasional Indonesia. Proyek ini relatif besar karena akan melibatkan pengembangan reklamasi lahan
seluas 1250 hektar, dan embung seluas 7.500 hektar.